Vina, Gadis Cantik Penjual Masker Kain



Hari ini jam 3 sore. Waktunya pulang kerja. Setelah absen pulang aku kemudian mengendarai mobil dengan pelan menyusuri jalan beraspal yang sunyi. Hal ini karena sedang ada pandemi covid-19. Oh ya sebelumnya perkenalkan namaku Edo. Aku bekerja sebagai guru di SMP Negeri di Jogja. Kebetulan aku masih belum menikah. Usiaku 23 tahun. Tiba di lampu merah perempatan Gejayan aku melihat seorang gadis cantik yang berjualan masker kain. Bajunya bukan merk terkenal namun bersih. Ia menawarkan dagangannya dengan ramah. "Masker kain kakak, biar terhindar dari virus Corona" katanya menawarkan dagangan. Suaranya renyah, terdengar merdu ditelingaku. "Mbak, boleh deh, saya beli satu" kataku. "Iya kakak, satu harganya 15 ribu saja" jawabnya sambil mengambilkan satu masker kain untukku. "Ini uangnya, 20 ribu, sisanya ambil saja" kataku lagi. "Terimakasih kakak" katanya riang. "Semoga bermanfaat ya kak" katanya lagi. "Ya, terimakasih ya masker kainnya" jawabku. "Sama-sama kakak" jawabnya lagi. "Udah ya kak, saya mau ngider lagi" katanya. "Oke, tapi bolehkah aku tahu namamu?" tanyaku penasaran. ""Panggil aku Vina saja kakak" jawabnya sambil pergi."Oke Vina, see you" jawabku.

Hari berikutnya aku melewati jalan yang sama. Dan aku ketemu lagi dengan Vina. "Masker kainnya kakak, biar tidak kena Corona" kata Vina dengan renyah menawarkan dagangannya. "Kemarin kan sudah beli dik Vina, masak harus beli lagi" jawabku. "Lebih bagus kak, buat jaga-jaga, atau buat istri mungkin" jawabnya. "Ah, aku belum nikah, masih muda gini, emang sudah kelihatan tua ya" jawabku. "Iya sih kak, sudah kelihatan tua" jawabnya sambil tersenyum. "Becanda kakak, jangan diambil hati ya" kata Vina. "Ya, aku tau  kok, ngomong-ngomong jangan panggil kakak dong, panggil aku Mas Fahri" jawabku. "Iya Mas Fahri" jawabnya. "Eh, aku boleh tau nomor wa kamu tidak" tanyaku penasaran. "Boleh, tapi jangan buat mainan ya" katanya serius. "Ini kak, di catat ya" dia memberikan nomor wa-nya. "Oke, sudah aku save ya" kataku. "Jadi beli tidak ini Mas Fahri" tanya Vina. "Ya deh, saya beli 3, buat keluarga di rumah" jawabku. "Harganya masih 15 ribu kan, jadi untuk 3 masker harganya 45 ribu ya" tanyaku. "Iya Mas" jawab Vina. "Ini, aku kasih 50 ribu, sisanya ambil saja buat bonus" jawabku. "Terimakasih Mas Fahri, Mas baik banget deh, jadi kepingin jadi istrinya" godanya kepadaku. "Ah, Vina bisa saja" jawabku. 

Malam ini sepi sekali. Meskipun mata ini sudah mengantuk namun bayang-bayang Vina selalu muncul di benakku. Kenapa akhir-akhir ini aku selalu ingat dia ya. Ahay, aku ingat, aku kan tadi sudah minta nomor wa-nya. Kuambil handphoneku. Sambil tiduran aku menulis SMS untuknya. "Assalamualaikum, selamat malam Vina, apa kabar" kuberanikan mengirim pesan untuknya. "Walaikum salam, ini siapa, Mas Fahri ya" jawabnya. "Iya, eh, kamu kok tau kalau ini Aa Fahri?" tanyaku sedikit bercanda. "Ya iyalah tahu, kan ada di foto profilnya" jawabnya santuy. "Vina, kalau aku main ketempatmu boleh tidak?" tanyaku. "Boleh Mas, tapi di rumah tidak ada mainan lho" jawabnya sambil bercanda. Aku tertawa mendengarnya. "Ih, kamu kok lucu sih, jadi ingin menghalalin" kataku menggodanya. "Boleh Mas, Bapak Ibuku akan dengan senang hati menyambut kedatanganmu" jawab Vina serius. "Waduh" jawabku agak kaget. "Tenang Mas, aku cuma becanda" jawabnya sambil tertawa renyah. "Syukurlah, aku kan belum begitu mengenalmu" jawabku. "Kalau aku main, ada yang marah tidak, pacarmu mungkin?" tanyaku. "Saya tidak mengenal pacaran Mas, tapi kalau Mas mau taarufan boleh" jawabnya. "Oke, sip" jawabku. "Besok, malam minggu aku main ketempatmu ya?" kataku pada Vina. "Siap Mas, saya tunggu jawab Vina. "Udah itu dulu ya, Assalamualaikum" aku memberi salam. "Walaikumsalam Mas Fahri" jawabnya.


Akhirnya malam Minggupun tiba. Sekitar jam empat sore aku main ke tempat Vina. Tidak berapa lama sampailah aku di rumahnya. Rumahnya kecil dan sederhana, namun asri, nyaman dan bersih. "Assalamualaikum" aku mengetuk pintu."Walaikumsalam" seorang ibu-ibu muncul dari dalam dan membukakan pintu. "Maaf bu, boleh tanya, benarkah ini rumahnya Vina?" tanyaku dengan sopan. "Iya benar, saya ibunya, kamu siapa ya dik" ibunya bertanya kepadaku. "Saya Fahri Bu, temannya Vina" jawabku dengan sopan. "Oh, nak Fahri yang sering diceritakan Vina ya, anaknya baru dimasjid. Biasanya kalau sholat Ashar terus mengaji. Sebentar lagi pulang" jawab ibunya. "Silahkan ditunggu nak Fahri, saya buatkan minum dulu". "Jangan repot-repot bu" kataku berbasa-basi. "Tidak ngerepotin kok nak Fahri, justru Ibu senang" jawab ibu Vina seraya masuk ke dalam membuatkan minum untuku. 

Tidak berapa lama kemudian Vina datang. Ia masih mengenakan mukena karena sehabis sholat Ashar dan mengaji. Ia kelihatan cantik dan sholihah. Aku sangat terkagum-kagum dibuatnya. Inilah wanita yang selama ini aku cari-cari batinku. "Eh, Mas Fahri, sudah lama ya menunggu" sapa Vina sambil tersenyum. "Ya, lumayan" jawabku. "Sebentar ya Mas, aku kedalam dulu ganti baju" katanya. "Oke siap" jawabku. Tidak berapa lama kemudian Vina keluar dengan membawa teh hangat dan keripik pisang kesukaanku. "Ini silahkan diminum Mas, dan jangan lupa dicipcipin ini keripik pisang yang masak aku sendiri lho" kata Vina menawarkan. "Mas, tadi kesininya kesasar nggak?" tanyanya. "Tidak dong, kan sudah sharelok kemarin" jawabku. "Oh, iyaya, lupa akunya" kata Vina.

Saya melihat sekilas ke dalam rumah. di dalam rumah tampak ibu Vina sedang menjahit masker kain anti Corona. "Ibu kamu menjahit sendiri ya Vin makser yang kamu jual keliling?" tanyaku. "Iya Mas Fahri, ibuku produksi sendiri masker kain yang dijual. Lumayan usaha kecil-kecilan, bisa untuk membantu menopang keluarga". "Terus ayahmu dimana sekarang" tanyaku penasaran. "Bapak kerja di Jakarta Mas jadi Security, maklum disini sulit mencari pekerjaan" jawab Vina. "Lha kamu punya saudara tidak?" tanyaku. "Aku punya adik satu mas, masih SD kelas 5" jawab Vina Lagi. "Eh, mas Fahri kok tanya-tanya terus, kayak sensus saja, diminum dulu dong teh hangatnya" Vina menawarkan. "Iya, maaf, soalnya aku ingin tahu keseharian kamu" jawabku berterus terang. "Ya ingin tahu, siapa tahu kita ada jodoh, iya kan?" jawabku sekenanya. "Ah, mas bisa saja, Aku jadi mau" jawab Vina sambil tersenyum menggoda. Deg, giliran aku yang salah tingkah. Padahal aku tadi cuma menggodanya, malah aku yang kena goda. "Ampun, deg degan ini" batinku.

Tiba-tiba ibu Vina ikut duduk disamping Vina. "Nak Fahri, boleh kan ibu ikut ngobrol" tanyanya. Boleh Ibu" jawabku. "Nak Fahri, kalau boleh Ibu tahu, Nak Fahri asalnya dari mana?". "Saya dari Sleman Ibu" jawabku. "Terus nak Fahri pekerjaannya apa sekarang?" tanyanya lagi. "Jadi guru Ibu" jawabku. "Sudah punya istri belum" tanya ibu Vina lagi. "belum ibu, lagi mencari yang cocok" jawabku. "Oh, berarti sama seperti Vina dong, ia juga baru menunggu jodoh" jawab ibu Vina sembari tersenyum memandang Vina. "Ah, ibu, jangan membuat Vina malu dong" jawab Vina tersipu-sipu. "Vina itu anaknya rajin lho nak, rajin beribadah dan pandai mengaji lagi" puji ibu Vina. "Ya bu, saya sudah melihatnya, memang beruntung banget yang bisa mendapatkan Vina" jawabku sembari memandang Vina. "Ah, mas Fahri bisa saja, akunya kan jadi mau" jawab Vina mulai menggoda lagi.

Beberapa hari berikutnya aku ketemu Vina saat sedang menawarkan dagangan masker kain. "Vina, nanti sore kamu aku jemput ya, aku mau memperkenalkan kamu sama orangtuaku" kataku pada Vina. "Mas Fahri serius mengajak aku ketemu orangtua Mas, apa Mas Fahri tidak malu punya teman seperti aku yang hanya penjual masker keliling" tanya Vina ragu-ragu. "Buat apa aku malu, menurutku kamu itu calon mantu idaman, sudah cantik, pandai, berpenampilan sederhana namun elegan, rajin bekerja dan beribadah lagi, orangtuaku pasti suka sama kamu" kataku menghapus keraguan Vina. "Oke Mas, kalau begitu. Nanti sore aku tunggu ya di rumah" kata Vina kemudian. "Siap bosku" jawabku sambil bercanda.

Sore harinya aku beneran menjemput Vina. Ternyata Vina sudah berdandan rapi cantik sekali. "Ibu, saya mohon ijin bawa Vina sebentar ya, mau saya perkenalkan ke orangtua saya" kataku dengan sopan meminta ijin pada ibu Vina. "Ya Nak Fahri, hati-hati di jalan ya, jangan ngebut, titip salam untuk kedua orangtua nak Fahri" kata ibu Vina. "Ya Bu, terimakasih" jawabku. "Yuk, Vina, kita lets go" ajakku. "Sebentar Mas, aku masih deg deg gan ini" kata Vina. "Udah, santuy saja" jawabku menenangkan Vina.

Rumahku sebenarnya dekat dengan rumah Vina. Hanya berjarak sekitar 7 kilometer. Kalau naik mobil hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 15 menit saja. Kami berjalan pelan menelusuri jalanan yang sepi karena sedang ada pandemi. Tidak berapa lama kemudian sampailah kami di rumah ayah dan ibuku. Kebetulan Bapak dan Ibu sedang duduk santai di teras rumah. "Assalamualaikum" aku memberi salam. "Walaikumsalam" jawab Bapak dan Ibu berbarengan. "Ini siapa" tanya Ibu kepada Vina. "Saya Vina Bu" jawab Vina dengan sopan. "Oh ya mari silahkan duduk, Ibu buatin minum dulu yah" kata Ibu sambil masuk kedalam rumah. "Ah, jangan repot-repot Ibu" jawab Vina. "Tidak apa-apa, tidak merepotkan kok" kata Ibuku lagi.

"Nak Vina, sini duduk" kata Bapak mempersilahkan Vina untuk duduk. "Maaf Bapak boleh bertanya tidak" tanya Bapak. "Boleh Bapak, apa yang mau ditanyakan?" jawab Vina dengan lemah lembut. "Saya dengar kamu berjualan masker kain ya, apa kamu tidak kuliah Nak Vina?" tanya Bapak. Aku agak terkejut. Aku takut Vina tersinggung dengan pertanyaan Bapak. "Saya kuliah Bapak, di jurusan Teknik Informatika, cuma karena saat ini sedang ada pandemi Corona, belajarnya dari rumah" jawab Vina dengan tenang. "Wah, hebat kamu, sudah semester berapa?" tanya Bapak lagi. "Sudah mau lulus Bapak, tinggal menyelesaikan skripsi saja". Aku sendiri terkejut dengan fakta bahwa Vina kuliah dan hampir lulus aku semakin mantap memilih Vina jadi calon istriku.

"Wah, benar-benar calon mantu idaman" kata Ibu. "Fahri jaga baik-baik Vina, jangan sampai lepas, kamu beruntung abnget jika bisa mendapatkan Vina" kata Ibu memberi semangat kepadaku. "Benar nih Bu, apa Bapak dan Ibu mau melamarkan Vina untukku?" tanyaku. "Bisa, bahkan kalau bisa secepatnya" jawab Bapak. "Nak Vina, tolong bilang orangtuamu, kapan bisa menerima tamu dari keluarga besar kami, Bapak mau melamarmu untuk Fahri" kata Bapak dengan serius. "Beneran ini Bapak, nanti akan saya sampaikan kabar gembira ini untuk Bapak dan Ibuk di rumah" Jawab Vina. "Beneran Nak Vina, saya sudah tidak sabar menggendong cucu" jawab Ibuku. "Sampaikan ya salam hormat kami untuk orangtuamu" kata Bapak kepada Vina. "Ya Bapak, Insyaalah" Jawab Vina dengan sopan.

Beberapa minggu kemudia keluarga besarku benar-benar berkunjung ke rumah Vina untuk bersilaturahmi dan melamar Vina. Saya, Vina dan orangtua kami berdua bahagia sekali. Untuk akad nikah dan resepsi akan diselenggarakan saat wabah pandemi covid-19 berakhir.

Selesai

Posting Komentar

0 Komentar